Sabtu, 15 Oktober 2016

Yuk kita jadi Pelopor Safety Riding!

Sebenarnya udah lama banget pengen nulis ini di blog, tapi karena kesibukan yang makin bertumpuk - tumpuk membuat draft ini akhirnya jadi terlupakan. Btw, artikel ini saya buat sebenarnya lebih cenderung kepada curahan hati sih.. eh, tapi tolong jangan salah sangka dahulu, ini bukan curhatan galau karena ingat mantan loh tapi soal berkendara dan berlalu lintas di jalan raya.

        Oke, berawal dari keprihatinan saya soal para pengendara sepeda motor yang menyebut diri mereka Bikers, Anak Motor, Touring Mania,dsb tapi tidak mampu memberikan contoh yang baik dalam berkendara dan berlalu lintas. Sudah berkali - kali saya sendiri dan suami menemui pengendara motor yang seperti ini baik di kehidupan sehari - hari atau pada saat kami berdua touring (baik solo touring 2 - nyawa 2 motor maupun 2 nyawa - 1 motor). Sebagai contoh, pengendara dengan laju kurang dari 40 Km/jam berjalan di jalur kanan, dimana jalur kanan seharusnya diperuntukkan pengendara lain yang ingin menyalip/mendahului, saat berbelok lupa atau memang sengaja tidak menyalakan lampu sein (lampu riting) sehingga membingungkan dan membahayakan pengendara lainnya yang ada di belakang.

   Bahkan saya dan suami saat solo touring sering menemukan pengendara yang beraksesoris lengkap ala touring bikers seperti box lengkap -atas, kanan & kiri-, hand guard, stang fatbar, motor yang sudah di beri peninggi biar keliatan jangkung, ban gambot, lampu sein yang di modifikasi jadi lampu hazard (lampu hazard itu lampu seinnya nyala berkedip dua - duanya) serta tidak lupa pasang sirene toa tapi berlalu lintas saja tidak mampu. Berasa seperti raja jalanan dengan membawa lampu lalin ala pak polisi membelah jalanan kasih isyarat sana sini dan parahnya lagi, menyalip zig-zag! Maaf ya, tapi jalanan ini milik umum bukan punya bapak loe! Dan lebih lucunya lagi berbelok malah menggunakan isyarat tangan. Lalu kemana lampu seinnya koq ga digunakan?? ooh, mereka lebih memilih untuk menyalakannya sebagai lampu hazard daripada dipakai untuk isyarat berbelok, ckckckckck...!!

   Contoh lain adalah anak club motor touring yang ngakunya keren tapi berkendara mau kopi darat aja konvoi rame - rame tanpa ijin resmi, menuh - menuhin jalanan sehingga pengendara lain bingung apabila mau mendahului bahkan ada yang sampai bertindak arogan menghalau kasar pengendara lainnya. Apakah mereka tidak malu sama aksesoris yang ala touring dipasang di sepeda motor tapi sikap saja begitu? Apa ga malu bawa - bawa nama club motor tapi sikap saja masih arogan di jalan raya??

   Dan kondisi di perburuk dengan datangnya musim mudik lebaran. Aduh! Banyak pengendara yang membawa barang sampai overload di sepeda motor mereka bahkan ada barang - barang ada yang menutupi lampu indikator dan lampu sein belakang, di tambah dengan memboceng keluarga tercinta di sela - sela tumpukan barang yang mereka bawa. Maaf, bukannya mendoakan yang jelek - jelek sih, semisal terjadi sesuatu di jalan raya dan keluarga yang anda bonceng jadi korban trus gitu yang rugi siapa? Situ juga kan akhirnya?? Jangan karena alasan berhemat dan ekonomis keselamatan anda dan keluarga di buat taruhan. Bersikap bijaklah dengan menyusun barang - barang anda lalu  di pos kan ketempat tujuan mudik anda jauh - jauh hari. alternatif lain adalah reservasi tiket angkutan perjalanan anda jauh hari sebelumnya.

  Di artikel ini saya mengajak saudara-saudari, dulur - dulur sesama Touring mania untuk menjadi contoh yang baik dalam berkendara karena dari contoh kecil itu akan jadi teladan untuk yang lainnya. Selain itu dengan tertib berkendara dan berlalu lintas kita mendapat keuntungan yaitu selamat sampai di tujuan. Bukankah touring itu seharusnya yang dinikmati perjalanannya bukan menjadikan jalan raya sebagai arena adu cepat? Kalau mau adu cepat sekalian aja kaya si mas Valentino Rossi, beradu di arena resmi. Dapat gelar pembalap, terkenal, otomatis pundi - pundi keuangannya bertambah :D.

   Yuk kita berpositif di jalan raya. Patuhi rambu yang dibuat dan peraturan tentang safety diri. Karena semua ketentuan itu dibuat bukan untuk merugikan kita tapi sebaliknya malah menguntungkan, karena setidaknya kita bisa terhindar dari kecelakaan lalu lintas. Ingat nyawa itu ga dijual dimana - mana.

   Sekian dahulu artikel ini, semoga bermanfaat. Apabila ada kata - kata yang kurang berkenan saya minta maaf. Saran dan kritik bisa langsung ke kolom komentar. Terimakasih dan selamat beraktifitas Lur!! ;)

Minggu, 19 Juni 2016

Trip to Bali. Post Dana ala Backpacker. Jalan - jalan hemat di Bali ala saya.

Hello again.. Ini post dana saya waktu ke Bali kemarin. Maaf apabila belum sempurna ya! Enjoy!


Day 1, 06 Juni 2016

Beli Bensin 1 (Surabaya): 62.000
Sarapan ikan Situbondo: 88.000  <--- bener deh, ni 'keblondrok'! Saya aja nyesel..
Pelabuhan Ketapang: 22.000
Beli Pocari Sweat di atas kapal: 24.000
Denda eKTP: 20.000
Beli Bensin 2 (Jembrana): 52.000
Losmen Arthawan 2 malam: 200.000
Beli 2 kolor + 2 kaos di Kuta: 150.000
Makan di Nasi Pedas Ibu Andika: 56.000 (2 porsi + Teh Botol Sosro)



Day 2, 07 Juni 2016

Parkir motor Pantai Dreamland: 5.000
Makan siang (Nasi Padang): 40.000 (2 porsi, lauknya limpa + es teh)
Parkir Pantai Padang - Padang / Labuan Sait: 1.000
Beli Es Teh Poci: 12.000
Retribusi masuk Padang - Padang (lokal): 10.000 <--- per orang Rp 5000,-
Parkir motor Pantai Pandawa: 2.000
Retribusi masuk Pandawa (lokal): 16.000
Beli es krim roll rasa greentea oreo: 25.000
Bea Tol Bali Mandara: 4.500 (dibulatkn 5rb)
KFC Kuta (4 ayam, 2 nasi, 2 Pepsi jumbo): 97.000


Day 3, 08 Juni 2016

Belanja Joger: 208.000
Sarapan Nasi Pedas Ibu Andika: 65.000
Beli bensin 3 (Sunset Road): 34.000
Retribusi masuk Ulun Danu: 20.000
POP! Hotel Hardys Singaraja: 308.000
Bakso ke 1 (2 porsi): 20.000
Bakso ke 2 (satu porsi) + mangkok pecah: 18.000
Beli Nasi goreng pinggir jalan (2 porsi): 24.000
Beli makanan dan cemilan di Alfa: 23.000


Day 4, 09 Juni 2016

Pelabuhan Gilimanuk: 22.000
Beli Bensin 3 (Situbondo): 42.000
Makan siang ikan bakar pinggir laut: 33.000


Total belanja 3 hari: IDR 1.704.000


Murah kan?? Di bagi 2 aja per orang cuma bawa uang saku 1 juta, itu pun masih kembalian.
Banyak yang bisa di skip dari pengeluaran saya diatas. Sebagai contoh, menginap selain di POP! Hotel. Hotel yg lebih murah di Singaraja juga ada koq.
Monggo silahkan ditimbang2 sendiri yg kira2 perlu anda skip yg mana. Semoga bermanfaat.. 😌😁🙏


Trip to Bali. Part 6: Bye Bali, Hello Surabaya. May i see you again 👋👏

Kamis, 09 Juni 2016.

Selesai santap sahur saya dan suami segera checkout dari hotel. Sebenernya sih masalah kejar waktu biar sampai di surabaya ga kesorean, soalnya kami berdua bukan tipe orang yang suka ngebut di jalan. Kalo touring ngebut, pemandangan apa yg diliat terus?!

Dijalan kami makan siang di pinggir pantai lagi, tp dengan tempat yang berbeda dan menu yg berbeda. Kali ini kami menyantap ikan baronang dan bandeng bakar.

Banyak yang menjadi catatan bagi saya sepanjang perjalanan ini, yaitu:

1. Harus punya eKTP, kalo ga siap2 aja di denda sama om Satpol PP di pelabuhan Gilimanuk.

2. Kudu punya SIM. SIM dibutuhkan untuk jaminan pinjaman sepeda motor di Bali, selain itu polisi Bali rajin rajia looh. Klo belum punya SIM tapi ke Bali, siap2 aja kantong bolong, karena mau tidak mau anda harus keliling naik taxi dan itu tidak praktis.

3. Mending tidur murah2 aja yg penting bersih dan nyaman, karena makanan di Bali mahal, terutama di Kuta. Kecuali anda emang punya uang lebih.

Nah itu yg jadi catatan saya selama 3 hari.

Saya dan suami touch down di Surabaya pukul 16.00 WIB, rasa lelah dan letih datang menyergap. Tapi rasa bahagia itu sampai saat ini masih terasa. Hahaha... Agak lebay memang, tetapi apabila anda touring sejauh 1.668 km (menurut trip meter dari speedo meter di motor suami) maka anda juga akan merasa bangga sama seperti saya 😝😝.

Ohya, saya mengulas dana yang terpakai di Bali di halaman berikutnya. Monggo di check kalau anda ada rencana 'trip hemat' ke Bali.

Toh, dengan pengalaman saya pribadi ini, berwisata ke daerah tujuan wisata dunia seperti Bali tidak harus mahal. Tips nya, skip saja pengeluaran yang sekiranya bisa di potong atau di skip sekalian.
Terimakasih udah mengikuti 😝😎😘💪

Trip to Bali. Part 5: Last days at Bali. Bye Kuta, Hello Singaraja.

Rabu, 08 Juni 2016.

Saya dan suami jam 9 pagi sudah checkout dari Losmen Arthawan setelah sebelumnya mengucapkan terimakasih. Hari ini kami ingin mengunjungi Monkey Forest di Sangeh, Pura Ulun Danu, lanjut Singaraja.
Sebelum itu saya dan suami mampir ke Joger untuk membeli beberapa titipan kawan.

Karena waktu yang dirasa makin siang, akhirnya saya dan suami memutuskan untuk langsung ke Pura Ulun Danu. Saya sedikit kecewa karena kita ga sempat ke monkey forest, tapi ga papa lain kali kalau kembali lagi ke Bali bisa mampir (semoga).

Jalan ke Pura Ulun Danu hampir sama seperti ke Sarangan, jalurnya lewat daerah pegunungan yg sejuk. Penat terasa hilang kala di suguhi pemandangan seperti itu.

Perjalanan ke Ulun Danu


Sekitar 1 jam kemudian kami berdua sampai juga ke Pura Ulun Danu. Saat itu mendung bergelayut dan suasana berangin membuat suhu udara lebih dingin. Telaga di sekitar Pura airnya sedang banyak - banyaknya, jadi tidak bisa ambil angle seperti foto2 yg lain yang sudah banyak beredar di dunia maya (halahhh...)


Pura Ulun Danu Beratan. Full of Clouds on the Sky.



You + Me = Us 😍💕

Setelah puas berfoto - foto di Ulun Danu kami langsung melanjutkan perjalanan. Sepanjang jalan yang turun dan berkelok - kelok kami disuguhi pemandangan dan udara yg sejuk. Sepanjang perjalanan juga kami melewati beberapa tujuan wisata, salah satu contohnya adalah Air Terjun Gitgit.

Akhirnya sampai juga kami di Kota Singaraja. Setelah berdiskusi dengan suami serta menimbang - nimbang terutama soal lokasi dan sisa dana, kami memutuskan untuk menginap di POP! Hotel Hardys Singaraja Square.

Lobby Hotel (pegipegi.com)

Proses check in sangat mudah, dan suami request kamar diatas. Jadilahh kami di Lantai 3 kamar no 319.

Kamar tidur (booking.com)

Kolam renang hadap ke Pantai Buleleng.

Sampai di kamar saya dam suami langsung merebahkan diri sejenak di kasur empuk hotel. Sebenarnya saya lapar, tapi keinginan untuk berenang di kolam renang hotel jauh lebih besar.
Koq pas banget yah? Waktu saya ngintip kondisi kolam renang ternyata di luar hotel ada bakso lewat, tepatnya di jalanan kecil disamping kolam renang hotel. Jadi sebelum berenang saya makan bakso dulu, alhamdulillah sunset yang selama ini ditunggu - tunggu di Kuta malah muncul di Singaraja.

Nyam Nyam 😗

Saking asyiknya suami ambil foto, sampe mangkok bakso ketendang dan sukses pecah jadi 2 🙌. Mantap! Mau ga mau ganti rugi mangkok dehh 😭.

Malamnya kami berdua keluar nyari makan di sekitar hotel (sebenarnya mau pesan makanan aja, tp yg masak katanya reception lagi sakit, yaa sudahlah) eh koq malah ada 'siobak'. Sorry, but we not eat pork actually. Melipir ke kota, kami menemukan 'nasi goreng duk duk' (nasi goreng yg dijual pakai gerobak). Sementara saya menunggu nasi goreng matang, suami nyebrang ke Alfa untuk beli minum. 

Sebenarnya, suasana 'feels at home' ada di Singaraja. Di kota ini banyak muslim yang selesai Tarawih wara - wiri dengan sarung + kopyah di jalan. Terdengar suara Murratal Qur'an dari masjid terdekat saling sahut menyahut. Suasana Ramadhan begitu terasa dan hal ini tidak mungkin anda temukan apabila anda ada di Kuta. Anda hanya bisa menghitung waktu berbuka puasa dari tenggelamnya matahari atau download aplikasi waktu shalat. Banyak di iStore atau Play Store ansa masing - masing.

Oke lanjuuutt...


Selesai makan malam, saya dan suami memutuskan untuk tidur saja. Karena setelah santap sahur, saya dan suami harus sudah Otewe ke Surabaya.


















Trip to Bali. Part 4.2: Disambut mendung di Kuta dan kehidupan malam di Jl. Legian.

Masih di hari kedua, pulang dari pantai Pandawa kami sengaja memutar lewat Tol Bali Mandara. Si suami emang udah niat banget pengen lewat Bali Mandara, dan baru2 ini saya ketahui bahwa ke-kukuh-annya bawa motor ke Bali itu supaya dia bisa mengendarai motornya sendiri lewat Bali Mandara 😌 (terlepas dari hemat ongkos).

Tol Bali Mandara ada 2 pintu keluar, ke Bandara Ngurah Rai atau ke Pelabuhan Benoa. Karena kami menginap di Kuta,  lewat Bandara atau Pelabuhan Benoa sama - sama dekat, tapi suami memilih untuk lewat Pelabuhan Benoa aja.


Sampai di penginapan saya dan suami langsung bersih bersih diri. Sebenarnya kepengen nongkrong di Rock Bar, Ayana Resort Jimbaran tapi karena mendung (lagi) jadi kami merasa percuma. Tempatnya oke, tapi ga dapat Sunset (begitu pendapat suami) akhirnya lanjut jalan - jalan lagi di Kuta yang sore itu malah bergelayut mendung tebal. Kelaparan dan gerimis halus, kami mendaratkan keputusan makan di KFC, nasi 2, ayam 4, pepsi medium 2 (kelaparan bgt habis main dipantai seharian)
Dari KFC kami mencoba berkunjung ke beachwalk, mall yang jadi icon baru di Kuta. Saya terkesan dengan desainnya yang semi outdoor. Di bagian tengah mall ini berupa taman besar yang secara tidak langsung membuat mall ini mengurangi penggunaan AC. Brillian!

                          Beachwalk garden, banyak jg yg foto2 disini


                         Abaikan yg narsis disamping saya, hehehe

Dari Beachwalk, kami lanjut ke jl. Legian mengamati nightlife. Disepanjang Jl. Legian bertebaran kafe2 mulai dari yang kecil - kecilan sampai yang kelas executive seperti Vi Ai Pi, Sky Garden atau Paddy's Pub. Fyi, masih ingat peristiwa Bom Bali 2002 lalu kan? Peristiwa itu menewaskan skitar 200 orang yg didominasi oleh Warganegara Australia.

Ground Zero Bali. Banyak juga yang ikutan foto disitu, termasuk saya.

Nah, Paddy's Pub dulu pernah jadi salah satu lokasi yang di bom. Namun, lokasi Paddy's Pub sudah bergeser tepat disebelah Sky Garden. Lokasi yg dulu sudah digunakan oleh club Vi Ai Pi. 


Salah satu sudut Jl. Legian di malam hari. 


Suasana disekitar Monumen Ground Zero, tepat di depan Vi Ai Pi, yang Baliho terang itu adalah Sky Garden. Disebelahnya adalah Paddy's Pub


Ketiga Club malam ini memang dipenuhi oleh turis mancanegara, sesuai dengan gaya hidup mereka yg sebagian besar hedonis.
Saya sempat mengajak suami masuk ke Sky Garden (masuk saja, ga ikut2 party) tapi langsung ditolak mentah2 sm suami. Hmmm... Saya paham betul keengganannya untuk masuk ke tempat2 seperti itu. Oh, okelah yank :).

Setelah keliling2 10 menit kemudian kami terpaksa pulang dengan setengah berlari, kenapa?? HUJAN men!
Hujan yang turun juga sebagai pertanda bagi saya dan suami bahwa hari ini adalah hari terakhir kami mengeksplorasi Bali bagian Selatan. Karena besok pagi, kami harus bergeser ke Bali bagian Utara.

Trip to Bali. Part 4.1: Hari kedua, keliling2 pantai seharian.

Selasa, 07 Juni 2016.


Bangun tidur kesiangan (jam 9 pagi) langsung ke front office memperpanjang stay di Losmen. Karena jam 3 pagi tadi udah makan jadi kami skip dlu untuk sarapan dan langsung tancap gas ke Pantai Dreamland.


Pantai Dreamland / Pecatu Indah Resort.

Dari Kuta ke Dreamland makan waktu sekitar 15-20 menit. Ambil arah ke Uluwatu menuju ke Pecatu Indah Resort. Kalo bingung tanya aja ke penduduk lokal, tp jangan nanya pantai Dreamland mereka pasti bingung. Tanya saja dimana lokasi Pecatu Indah Resort, karena pantai Dreamland ada di kawasan Pecatu Indah Resort.

              Patung Garuda penanda Pecatu Indah Resort

Kalo udah ketemu patung Garuda masuk aja ke kompleks Pecatu Indah Resort, ngikutin jalan, pantainya ada disebelah kanan. Nanti di ujung jalan ketemu bangunan resort yang masih proses pembangunan. Nah, pantainya ada dibelakang situ. Yang pakai motor masuk aja karena parkirnya didalam dan bayar cuma 5ribu.
Tapi sayang, lautnya lagi pasang dan gelombangnya beuhh gede. Bahaya. Dan sudah ada penanda berupa Bendera Merah di sepanjang pesisir pantai yg berarti bahwa GELOMBANG BESAR. No swimming allows.


            Saya ga berenang koq, cuma main air aja di pinggir pantai


                                    High Tides, no swimming allows


                             View Pantai Dreamland dari atas tebing

Karena gelombang tinggi sampai hampir 3 meter, saya dan suami terpaksa melipir ke pinggir dan memutuskan untuk pindah ke Pantai Padang - Padang saja.


Pantai Padang - Padang / Labuan Sait.

Ditengah jalan menuju ke Padang - Padang, kami mampir ke Rumah Makan Padang untuk makan siang, yang kali ini harganya wajar. Hehehe...

Pantai ini jadi booming setelah digunakan untuk film Eat, Pray, Love nya Julia Roberts. Meskipun saya yakin sebenarnya pantai ini sudah dikenal dari mulut ke mulut oleh para Surfer. Parkir di Pantai Padang - Padang cuma bayar 1000 aja. Masuknya juga murah, 5rb per orang, udah termasuk fasilitas bilas dan toilet (turis manca beda harga loo) Pantainya?? Cuma 1 kata, AMAZING. Tipe airnya juga gelombang besar, tapi arusnya kuat. Kalo berenang masih aman lah meski lagi air pasang (untuk yang bisa berenang looh ya tp klo sekedar 'renang bebek' mending dipinggir aja)

      Masuk ke Pantai Padang - Padang, semacam lorong di dalam karang.


     Sama2 air pasang, tapi disini masih bisa dipakai berenang & surfing



Pantai Padang - Padang hampir tidak ada turis lokal yang berenang. Adapun mereka hanya berteduh ataupun main air di bibir pantai, itupun hanya bisa dihitung jari. Pantai ini benar - benar didominasi oleh turis manca negara yang surfing atau sekedar berenang. Kontur pantainya sedikit curam sebenarnya, karena saat air pasang begini hanya 4 langkah dari bibir pantai, air sudah sampai di ketinggian dada. Nah, bagi anda yang tidak bisa berenang, mending main air saja di pinggiran. Ga papa ngumpul sama anak2 kecil daripada tenggelam dan merepotkan regu penolong. Fyi, hampir semua pantai di Bali punya regu penolong, tak terkecuali di Pantai Kuta. Tapi tetap saja, kalau tidak bisa berenang lebih baik jangan coba - coba.

Puas berenang di pantai Padang - Padang, saya dan suami pindah ke pantai Pandawa demi rasa penasaran yang menggebu. Pantai seperti apa sih Pandawa itu? Soalnya rekan kerja saya yang pernah kesana review-nya bagus. Okelahh.. Berbekal review rekan kerja saya (dan juga rekan kerja suami yg bilangnya ni pantai bagus) berangkatlah kami ke pantai Pandawa.


Pantai Pandawa.

Pantai ini sekitar 14 km arah Timur laut kalau dari pantai Padang - Padang (bingung? Buka Map aja, intinya dari pantai padang2 keluar dlu sampai jalan besar -jl. Labuan sait). Jalan ke pantai ini melewati pegunungan kapur yang sepertinya akan dibangun resort. Masuk pantainya 8rb / orang + bea parkir 2rb (total 18rb).



Nah, kalau anda berhenti ditulisan ini, maka anda akan disuguhi dengan pemandangan pantai dan orang - orang yang main paragliding. Paragliding start dari Gunung Payung. Satu jalan sih sama pantai Pandawa, klo pantai Pandawa arah lurus, klo ke Gunung Payung belok ke kiri.

Okehh lanjuutt

Penasaran, saya dan suami menuruni jalan ke arah pantai. First Impression: Pantai ini pantai untuk KELUARGA. Cocok banget kalau anda bawa keluarga terus ke pantai ini. Pasirnya putih, garis pantainya panjang, ombak yang lebih tenang daripada di Padang2 atau Dreamland.

Waktu saya kesana, lagi ramai Bus Pariwisata yang parkir. Di sepanjang pantai banyak anak - anak umur 11 - 13 tahun yang main air. Seperti yang saya bilang, apabila anda membawa keluarga, cocok lah ke pantai ini. Tapi berhubung saya dan suami 'tidak begitu suka' dengan tipe pantai seperti ini, maka kami hanya berfoto2 saja di tulisan besar Pantai Pandawa sembari berteduh.

                                                    Si Kebo Ireng

         Yang ini saya, memaksakan diri untuk pose padahal kepanasan

                           Ahh.. Misua yang lagi 'cool' gitu ceritanya.

Romantis ala bikers. Ga dikasih cincin, tapi dikasih helm trus diajak touring. Asiikkkk!!!

               Kepanasan, makan es krim sambil berteduh. Mantap!


Puas foto sana - foto sini, es krim pun ludes, saya sama suami memutuskan untuk kembali ke penginapan trus lanjut malam2 main di sekitaran Jl. Legian.

Kamis, 16 Juni 2016

Trip to Bali. Part 3: Penginapan 'ajaib' dan Sunset Pantai Kuta yang legendaris.

"Horeee.. Sampai juga kita di Bali sayang!" Kata saya waktu itu ke suami yg langsung disambut dgn senyum lebarnya.
Perjalanan dari Gilimanuk ke Kuta memakan waktu sekitar 3,5 jam - 4 jam. Jam sudah menunjukkan pukul 12.30 WITA (waktu Bali) saya mengingatkan suami untuk mampir ke Pura Tanah Lot, tp suami ga tertarik setelah saya jelaskan ada apa saja di Tanah Lot. Suami malah minta langsung ke Kuta, cari penginapan, lalu hunting sunset di tepi pantai.

Sampai di daerah Kuta, kita sempat tersasar2 nyari Poppies 1 & 2 meskipun udah lihat peta. Setelah tanya penduduk lokal akhirnya sampailah kami di Jl. Poppies 2. Sebagai catatan, apabila bertanya dimana letak Jl. Poppies 1 / Jl. Poppies 2 (ini jalan bersebelahan, dan ada jalan tembusnya) ke penduduk lokal yang berdomisili di sekitar Kuta harap berhati - hati. Kebanyakan mereka 'calo penginapan'. Apabila mereka bertanya, "cari penginapan di poppies dek?", maka cukup jawab saja, "bukan bu/bapak, saya ada janjian dgn saudara di Poppies". Rekomendasi saya sih, kalau nyari penginapan murah, strategis dan ramah kantong langsung aja ke Poppies 1/Poppies 2, nah tuh gang di ubek2 aja, banyak koq yang nawarin penginapan murah dengan tarif 50rb - 250rb per malam.

Oke lanjuutttt.....

Poppies 2 terletak persis di sebelah Beachwalk (sejenis mall, tapi konsepnya semi outdoor. Ramah lingkungan karena mengurangi dampak AC). Jangan harap ketemu penanda "Jl. Poppies II" karena ketutupan sticker2 ga jelas + ketutupan sponsor minuman air kelapa (haduuhhh...)

First Impression sama gang ini adalah: RAMAI men! Banyak taksi masuk kalo sore, meskipun jalanan itu nge-press untuk mobil masuk. Alhasil, pejalan kaki kudu buru2 minggir naik ke trotoar yg juga RAMAI.

Sempat bingung cari penginapan, lalu diantara toko yang menjual perlengkapan untuk surfing , mini market dan mini bar tersembul neon box kecil (awas kudu jeli) penginapan yang super legendaris. Yupp penginapan itu adalah LOSMEN ARTHAWAN.

Ni contoh aja. Keadaan sekarang pake neon box (foto ambil dari Google karena saya ga sempat foto)

Letaknya agak menjorok ke dalam. Dengan rate harga 50ribu per orang / malam kita sudah bisa nginap ditempat ini (karena saya berdua suami jadi kena 100ribu/malam) cukup murah mengingat lokasinya yang super strategis. Mau ke Legian? Tinggal jalan lurus aja sampai di ujung Poppies yang satunya (sebelah timur). Mau ke Pantai? Jalan aja ke luar (ke arah barat) sampai di Pantai Kuta. Mau ke mall? Disebelah gang ada Beachwalk 😁.

                 Kartu nama Losmen Arthawan

Penginapan ini sebenarnya udah di review oleh banyak traveller (searching aja di Google). Banyak yang bilang kalo penginapan ini ga bisa tenang pas malam tiba, berisik karena musik dari mini bar yang tersebar di sepanjang Poppies 2. Berdasarkan review tersebut kami nyoba dlu nginap 1 malam. Kami dapat kamar Single Bed besar (Bednya besar, bahannya busa tebal, empuk, di pake orang 4 bisa, bahkan dengan barang2 kami yg bertebaran di pinggir kasur pun masih bisa guling2) kamarnya lega, pakai kipas besar (percayalah pakai kipas disini udh cukup, karena malan hari saya 'nglilir' untuk matiin kipas karena kedinginan), ada lemari, kamar mandinya besar, pakai shower, wc duduk, dan ada wastafel. Minusnya cuma 1, ga ada selimut. Ga masyaalah sih klo menurut saya, yang penting murah dan ga mbambung udah cukup.

                   Kamarnya Losmen Arthawan (tampak depan)

                                  Nota pembayaran Losmen Arthawan

Setelah menurunkan barang2 dan melemaskan otot, kami main ke pantai Kuta. Baru duduk sebentar udah banyak pedagang lokal yang menjajakan dagangan. Mulai dari tikar sampai baju. Saya akhirnya memutuskan beli 2 pasang celana kolor dan 2 pcs kaos tanpa lengan dengan harga 150rb setelah tawar menawar yang ALOT sama si ibu penjual.

             Lagi tawar menawar sama si ibu penjual baju

               Si ibu ini nama kerennya "Nikki" tapi nama aslinya Gusti.

                  Ogahh ahh klo harga segitu! Turunin lagi napa?!
 
Mahal? Iyaa emang, namanya juga tempat wisata yg "bule minded". Selain itu kami juga butuh karena celana kolor yang sudah disiapin ga ikut kepacking dan ketinggalan di rumah Surabaya.
Hari pertama ga ada sunset, karena mendung menggelayut tebal di ufuk barat, jadi langitnya membiru. Jam 6 lebih kami pulang ke penginapan untuk istirahat dan makan malam.

Saat dikamar, kami ga langsung tidur. Tapi memastikan review soal kamar yang katanya "berisik karena musik dari bar", dan ternyata TIDAK TERBUKTI. Toh di kamar tenang2 saja koq. Untuk berjaga - jaga kalau ke Losmen ini, minta aja kamar dipojok seperti saya 😁😆.

Tidur jam 7 malam dan saya terbangun jam 3 pagi (selama di bali jam yg saya gunakan adalah waktu Indonesia tengah). Ternyata suami udah bangun duluan dan kami kelaparan. Hahahaha...
Ngeluarin motor, buka map, menuju ke Nasi Pedas Bu Andika di Jl. Raya Kuta, persis di depan Joger, kenapa kesana? Karena hanya disitu tempat makan 24 jam yang saya tahu.

           Makan di Nasi Bu Andika itu tergantung banyaknya lauk yg diambil. Minuman disana variatif, tapi kami memilih minum Teh Botol.

Overall masakannya lumayan enak, pedes banget sihh ga. Klo kualifikasi saya sih pedasnya masih wajar.

Selesai makan, saya dan suami kembali ke penginapan. Rencananya sih mau perpanjangan stay di Losmen sampai besok (tanggal 7) tapi karena si bapak yang jaga front office lagi tidur nyenyak di sofa, kita mengurungkan niat tersebut sampai besok pagi saja.